Dunia Terancam Resesi, Bank Dunia: Indonesia Aman
Kamis, 09 Juni 2022
Bank Dunia menyebut, Ekspor komoditas yang tinggi terjadi di Indonesia dan juga Malaysia
Ancaman resesi ekonomi dunia semakin di depan mata. Bank Dunia memprediksi negara-negara di dunia sulit menghindari kemunduran ekonomi yang diikuti oleh meningkatnya inflasi atau biasa disebut stagflasi.
Beberapa penyebab stagflasi adalah perang Ukraina-Rusia yang belum juga usai, lockdown di China yang berkepanjangan, gangguan rantai pasokan, hingga stagflasi yang memukul pertumbuhan ekonomi.
Bank Dunia melihat penurunan pertumbuhan ekonomi terjadi secara luas di dunia, baik negara berkembang maupun negara maju. Seperti di Eropa, revisi pertumbuhan ekonomi dipangkas menjadi 2.5 persen dari 4.2 persen. Dimana Rusia diprediksi kontraksi 8.9 persen dan Ukraina 45.1 persen.
BACA: Laba Kementerian BUMN Naik 869 Persen, Emiten BUMN Makin Seksi?
Negara maju, seperti Amerika Serikat juga mengalami kontraksi menjadi 2.5 persen dan China menjadi 4.3 persen pada tahun 2022.
Negara berkembang seperti Brazil juga mengalami kontraksi menjadi 1.5 persen, India menjadi 7.5 persen. Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Menurut Bank Dunia, Indonesia bisa dibilang lepas dari resesi, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak diubah tetap di level 5.1 persen. Bahkan, diprediksi bertumbuh hingga 5.3 persen pada 2024.
Kenapa Indonesia Lepas dari Resesi?
Salah satu pendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga lepas dari resesi adalah melonjaknya harga komoditas, yang membawa keuntungan untuk Indonesia. Indonesia banyak mengekspor komoditas ke sejumlah negara, sehingga penerimaan negara pun meningkat. Salah satu komoditas yang diekspor Indonesia adalah bijih nikel, yang jumlah ekspornya meningkat hingga 30 persen.
BACA: Cek Finansial Gen Z dan Milenial, Sudah Bebas Finansial?
Bank Dunia menyebut, Ekspor komoditas yang tinggi terjadi di Indonesia dan juga Malaysia, yang berkontribusi meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara global.
Pertumbuhan ekonomi di negara maju diproyeksikan melambat, dari 5.1 persen pada 2021 menjadi 2.6 persen pada tahun 2022. Sementara di negara berkembang, proyeksi pertumbuhan ekonomi dipangkas hampir 70 persen menjadi 3.4 persen pada tahun 2022, dibanding 6.6 persen pada tahun 2021. (nda)