Laba Kementerian BUMN Naik 869 Persen, Emiten BUMN Makin Seksi?
Laba bersih Kementerian BUMN melonjak hampir 1000 persen yaitu 869 persen sepanjang tahun 2021. Jika tahun 2020 Kementerian BUMN berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp. 13 triliun, namun tahun 2021 naik menjadi Rp. 126 triliun.
Menurut menteri BUMN Erick Thohir, melonjaknya laba bersih Kementerian BUMN adalah akibat adanya efisiensi dan perbaikan model bisnis yang dilakukan di lingkungan kementerian BUMN.
Sepanjang tahun 2021, kementerian BUMN mengalami kenaikan pendapatan menjadi Rp. 1.983 triliun dan Rp. 371 triliun diantaranya disetorkan ke negara.
BACA: Cek Finansial Gen Z dan Milenial, Sudah Bebas Finansial?
Atas kinerja tersebut, Kementerian BUMN mengajukan tambahan anggaran ke DPR RI, dari Rp. 232 miliar pada tahun 2021 menjadi Rp. 311 miliar pada tahun 2022. Salah satu alasannya adalah karena beban yang harus dikerjakan oleh BUMN sangat besar yaitu mencapai Rp. 8.998 triliun.
Kinerja positif BUMN pada kuartal I tahun 2022, membuat sentimen terhadap emiten BUMN cenderung positif. Sentimen bisa dari dalam negeri seperti terkait pemulihan ekonomi dan rilis data indikator. Dan juga sentimen global seperti tren kenaikan suku bunga The Fed dan inflasi di Amerika Serikat.
Meski demikian, beberapa saham BUMN bisa masuk dalam pantauan, seperti perbankan yaitu BMRI, BBNI, BBRI. Selain perbankan, sektor pertambangan juga cukup seksi seperti ANTM, TINS, dan PTBA.
Berbagai emiten BUMN pun terus berbenah, seperti melakukan restrukturisasi hingga penambahan modal. Ada lima aksi korporasi yang akan dilakukan berupa right issue terhadap lima emiten.
BACA: Batas Cum Date Dividen Saham Bank Permata (BNLI) Hingga Bank Mestika (BBMD)
Pertama, PT. Semen Baturaja Tbk (SMBR) seluruh sahamnya akan dialihkan ke PT. Semen Indonesia Tbk (SMGR) melalui right issue.
Kedua, PT. Waskita Karya Tbk (WSKT) akan menerima PMN senilai Rp. 3 triliun, yang mana dilakukan melalui skema right issue.
Ketiga, PT. Adhi Karya Tbk (ADHI) juga akan menerima PMN sebesar Rp. 1.98 triliun, jadi PMN yang paling kecil.
Keempat, PT. Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), akan mendapat PMN Rp. 2.98 triliun.
Kelima, PT. Garuda Indonesia Tbk (GIAA), rencananya akan dilakukan right issue dua kali, yang pertama akan dieksekusi pemerintah atas porsi kepemilikannya 65 persen. Lalu, right issue kedua dilakukan pada kuartal keempat tahun 2022 berupa tambahan pendanaan dari investor strategis.
Menurut BEI, ada 33 perusahaan yang melakukan aksi korporasi berupa right issue hingga 3 Juni 2022. Total dana yang dihimpun dari skema right issue ini mencapai Rp. 25.2 triliun. (nda)