Saham SIDO Terjun Menukik, Masuk Angin?
Selasa, 02 Agustus 2022
Selama lima hari terakhir, saham SIDO sudah mengalami penurunan hingga 20.20 persen.
Saham PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), terpantau terjun menukik tajam dalam beberapa hari terakhir.Tren penurunan ini terasa sejak Kamis (28/07/2022) ditutup di harga Rp. 975 per saham. Besoknya pada Jumat (29/07/2022), begitu bursa dibuka pukul 09.00 saham SIDO langsung terbakar di level Rp. 960 per saham. Parahnya, menutup bursa minggu lalu saham SIDO terpelanting ke harga Rp. 905 per saham.
Tren penurunan ini pun berlanjut di awal pekan ini, Senin (01/08/2022) ketika bursa dibuka pada pukul 09.00 WIB, saham SIDO langsung merah membara di level Rp. 900 per saham dan turun terus hingga bursa tutup di level Rp. 845 per saham.
BACA: E-IPO MORA Bisa Beli di Aplikasi Saham Rakyat, Rp. 396 per Saham
Pada Selasa (02/08/2022) SIDO pun kembali terbakar lagi, memulai perdagangan sesi satu di level Rp. 790 per saham, dan konstan di level yang sama sepanjang hari hingga bursa ditutup.
Jika dilihat selama lima hari terakhir, saham SIDO sudah mengalami penurunan hingga 20.20 persen atau sekitar Rp. 200 per saham. Volume perdagangan SIDO di akhir Juli ini pun naik drastis, menjadi 104.53 juta dibandingkan sebulan terakhir hanya 14.98 juta saham.
Ada apa dengan SIDO? Masuk Angin?
Produsen produk tolak angin ini dilaporkan mengalami penurunan kinerja, yang diakibatkan oleh naiknya harga bahan baku yang diikuti rendahnya volume penjualan.
Penurunan volume penjualan ini diduga akibat adanya tren di masyarakat yang cenderung mengalihkan pengeluarannya dari yang tadinya untuk produk-produk kesehatan ke produk lain, akibat kondisi pandemi covid19 yang mulai berangsur beralih menjadi endemi.
Volume penjualan SIDO turun sekitar 2.53 persen dari Rp. 1.65 triliun menjadi Rp. 1.61 triliun dalam enam bulan terakhir.
Pendapatan SIDO juga menurun dari Rp. 930 miliar pada semester satu 2021, menjadi Rp. 854.48 miliar pada periode yang sama tahun ini.
BACA: Komisi Penyaluran Kredit BBYB Naik Hampir 1000%, Gara-gara Fitur Ini
Penurunan pendapatan ini terjadi akibat meningkatnya beban pokok hingga 4.55 persen. Dimana, harga bahan baku produk minuman dan pengemasan menjadi naik, sebagai akibat adanya inflasi, dimana nilai tukar rupiah sempat melemah pada Juli 2022.
Untuk mengatasi inflasi ini, manajemen SIDO mengatur strategi dengan menekan biaya produksi, melakukan efisiensi, hingga berencana melakukan penyesuaian harga jual produk. (nda)