Tesla Bangun Gigafactory di Indonesia Bukan India, Buah Jokowi Bertemu Elon Musk?

Tesla Bangun Gigafactory di Indonesia Bukan India, Buah Jokowi Bertemu Elon Musk?

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia menyatakan produsen mobil listrik global Tesla akan masuk berinvestasi ke Indonesia pada tahun 2022 ini, namun Bahlil belum bisa mengumumkan bulan berapa perusahaan Elon Musk tersebut resmi masuk ke Indonesia. Pasalnya, belum ada penandatanganan kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan Tesla.

Menurut Bahlil, Tesla akan masuk ke dalam dua investasi besar, yang pertama terkait ekosistem baterai mobil listrik dan kedua adalah pembuatan mobil listrik atau electronic vehicle (EV) itu sendiri. Artinya, Tesla akan membangun gigafactory di Indonesia.

Indonesia akan jadi negara keempat lokasi pembangunan gigafactory Tesla. Disebut gigafactory, karena ukuran pabriknya yang sangat besar, atau bisa disebut sebagai pabrik raksasa.

Sebelumnya gigafactory Tesla hanya ada di Amerika, China, dan Jerman.

BACA: Musim Bagi Dividen, 5 Emiten Ini Bagikan 50-100 Persen Laba

Gigafactory pertama dibangun di Nevada, Amerika Serikat untuk membuat motor elektrik untuk menggerakkan mobil listrik, serta pembuatan baterai listrik.

Gigafactory kedua di New York untuk memproduksi atap surya, panel surya, dan komponen elektrik untuk supercharger.

Gigafactory ketiga dibangun di luar Amerika Serikat untuk pertama kalinya, yaitu di Shanghai, China. Disini, Tesla memproduksi mobil listrik Tesla Model 3 dan Model Y.

Gigafactory keempat dibangun di Berlin, Jerman, untuk memproduksi mobil listrik Tesla Model Y dan juga baterai.

Gigafactory kelima dibangun di Austin, Texas, Amerika Serikat untuk memproduksi mobil listrik Tesla Model Y, baterai lithium-ion, hingga Cybertruck.

Rencananya, Gigafactory keenam Tesla akan dibangun di Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah, Indonesia, yang akan memproduksi baterai lithium-ion hingga mobil listrik.

Mengapa membangun gigafactory Tesla di Indonesia?

Potensi pembangunan gigafactory Tesla di Indonesia, kian marak dibahas setelah Presiden Jokowi bertemu Elon Musk di Gigafactory Tesla di Austin, Texas, Amerika Serikat (14/05/2022).

Salah satu alasan Indonesia jadi negara yang tepat untuk investasi Tesla adalah karena Indonesia negara penghasil nikel terbesar di dunia, yaitu 21 juta ton nikel. Diikuti Australia di posisi kedua sebesar 19 juta ton nikel, dan ketiga adalah Brazil dengan 11 juta ton nikel. Selama ini, kebutuhan nikel Tesla dipenuhi dari Brazil.

Nikel adalah salah satu komponen penting dalam pembuatan baterai lithium-ion yang digunakan untuk electronic vehicle di Tesla. Namun pemerintah Indonesia melarang ekspor bahan mentah, termasuk nikel. Oleh karena itu, salah satu cara Tesla memanfaatkan nikel Indonesia adalah dengan membangun gigafactory untuk mengolah nikel menjadi barang setengah jadi hingga barang jadi.

Dengan pembangunan gigafactory Tesla di Indonesia maka akan membuka potensi lapangan kerja yang besar bagi Indonesia.

Selain itu, juga akan mendukung rencana Indonesia menjual 20% mobil listrik pada tahun 2025. Dimana, hingga tahun 2021 Indonesia telah menjual 900.000 mobil listrik. Angka yang tidak jauh berbeda dengan negara penghasil nikel terbesar kedua, Australia. Di tahun 2021 telah menjual sekitar 1.000.000 mobil listrik.

Sebelum berencana membangun gigafactory di Indonesia, Tesla telah menjajaki rencana kerjasama dengan pemerintah India. Setelah perbincangan selama setahun, Namun akhirnya menemui jalan buntu, karena pemerintah India tidak mengizinkan Tesla menjual mobil listrik buatan Amerika Serikat dan China di India. Kalaupun bisa, pajak yang dikenakan pemerintah India untuk electronic vehicle mencapai 60% atau US$ 40.000. Menurut Elon Musk, pajak tersebut merupakan yang tertinggi di dunia. Elon Musk juga berpendapat bahwa India tidak memiliki ekosistem yang mendukung untuk penjualan electronic vehicle milik Tesla.

BACA: Sri Mulyani: Pertalite dan Listrik Subsidi Tahun 2022 Tidak Naik

Sementara itu, tim perwakilan Elon Musk dalam pembuatan electronic vehicle Tesla telah meninjau pusat produksi nikel Indonesia, di Morowali, Sulawesi.

Jika rencana pembangunan gigafactory Tesla di kawasan industri Batang, Jawa Tengah resmi dilakukan, maka akan berada di lokasi yang sama dengan produsen pembuat electronic vehicle lainnya yang telah lebih dulu membuat kesepakatan dengan pemerintah Indonesia, seperti LG Energy Solution yang bekerjasama dengan Hyundai Motor Co., dalam mengembangkan pabrik baterai lithium-ion, dan telah menggelontorkan dana investasi hingga Rp. 142 triliun.

Ada juga perusahaan asal China, Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL) bersama dengan BUMN tambang PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) bekerja sama mengembangkan proyek baterai kendaraan listrik, dengan total investasi sekitar Rp. 86 triliun.

Lalu, ada BASF, VW, British Volt juga akan berinvestasi dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.

Foxconn bersama Gogoro, IBC, dan Indika Energy akan menjajaki kerjasama investasi ekosistem kendaraan listrik komprehensif di Indonesia, mulai dari baterai hingga pengembangan industri kendaraannya. Total investasinya sekitar Rp. 114 triliun.

Seluruh proyek terkait electric vehicle di Indonesia ini diperkirakan lebih dari US$ 100 miliar atau Rp. 1.456,4 triliun pada tahun 2030. (nda)