IHSG Terus Amblas, Tradisi Fenomena "Sell in May"?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka merah Selasa (10/05/2022), turun hingga 3.08% ke level 6.696.
Dua hari berturut terjun bebas, hampir menghabiskan kinerja baik IHSG dari awal tahun sebesar 9.84%, hingga tersisa 1.98% saja.
Pada penutupan sesi dua, IHSG merosot 1.3% ke level 6.819. Tercatat, 162 saham hijau, 396 saham merah, dan 140 saham lainnya stagnan.
BACA: Pasca Libur Panjang IHSG Kebakaran Hingga 4 Persen, Ini Penyebabnya
Anjloknya IHSG, akibat banyaknya emiten raksasa yang mengalami auto reject bawah (ARB), seperti Astra Internasional (ASII), Goto Gojek Tokopedia (GOTO), dan Bukalapak.com (BUKA).
Selain itu, emiten perbankan juga ramai-ramai melemah.
Berikut daftar bank yang mengalami pelemahan:
1. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun 6.57% ke level Rp. 4.550
2. Bank Mandiri (BMRI) melemah 5.87% di level Rp. 8.425
3. Bank Negara Indonesia (BBNI) drop 5.42% ke level Rp. 8.725.
4. Bank Central Asia (BBCA) terjun 5.23% ke level Rp. 7.700
5. Bank Pan Indonesia (PNBP) yang turun 4.46% ke level Rp. 945.
Penyebab merahnya IHSG diantaranya akibat keputusan bank sentral Amerika Serikat The Fed yang menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp). Lalu, kondisi pasca libur panjang di tanah air, membuat investor masih wait and see apa saja yang terjadi selama libur lebaran.
BACA: Barat Alami Tsunami Inflasi, Apa Dampaknya ke Indonesia?
Di bursa utama Asia pun terjadi panic selling akibat adanya kasus Covid-19 baru, dan diikuti kejatuhan harga minyak dunia. Membuat pasar saham domestik ikut melakukan aksi jual.
Investor asing pun terpantau melakukan selling pada saham-saham big cap Indonesia. 30 menit awal pada sesi pertama terpantau asing jual bersih sebesar Rp. 1.06 triliun. Bahkan dalam 2 hari terakhir, asing terpantau melakukan net sell lebih dari Rp. 2.5 triliun.
Secara historis, bulan Mei memang bukan bulan yang baik bagi IHSG, biasa disebut fenomena “Sell in May”.
Meski demikian, ada beberapa emiten yang menopang IHSG, seperti saham Samudera Indonesia (SMDR) yang melesat 12.8% di posisi Rp. 2.820 per saham. Unilever meroket 9.2 persen, dan Indonesia CBP Sukses (ICBP) naik 7.7 persen di posisi Rp. 7.975 per saham.